JAKARTA-Mantan
Presiden Soeharto telah menghadap Sang Khalik pada Minggu (27/11) lalu. Bagi
seorang Emil Salim, salah seorang pembantunya yang setia namun tetap kritis,
Pak Harto merupakan pemimpin yang punya orientasi jelas dengan hati kecil
tertambat pada pembangunan pedesaan.
Namun, Soeharto berubah setelah Indonesia mencapai swasembada pangan dan memasuki masa industri. Para pembantunya di akhir pemerintahan yang hanya ''Asal Bapak Senang (ABS)'' juga telah memberikan sumbangan besar bagi kesalahan kebijakan Pak Harto. Berikut selengkapnya petikan wawancara dengan mantan Menteri Lingkungan Hidup era Orde Baru Emil Salim, Rabu (30/1/2008).
Bagaimana pandangan Anda soal Pak Harto?
Pertama, Beliau merupakan orang yang berpegang teguh pada budaya Jawa. Itu bisa dilihat dari pandangan hidup, falsafah, dan perilaku hidupnya sehari-hari. Kedua, Beliau merupakan orang yang dibesarkan di lingkungan masyarakat pedesaan sehingga emosi dan kecintaan kepada masyarakat desa itu besar.
Itu bisa dijelaskan dengan mengapa pembangunan desa dan swasembada pangan menjadi prioritas. Ketiga, Beliau terdidik sebagai ABRI, sebagai militer yang mempunyai disiplin tinggi dan cara kepemimpinan yang fokus. Ada target, ada kerja sama, dan jadwal. Bekerja dan berpikir dengan disiplin. Itu yang tampak menonjol sehingga begitu Beliau memegang pemerintahan, prioritas pertama diletakkan pada pengembangan masyarakat desa.
Berapa lama Anda bekerja bersama Pak Harto?
Dari 1965 hingga 1993, saya berada di dalam pemerintahan. Kemudian, pada 1993-1995, saya membantu Beliau yang waktu itu menjadi Ketua Gerakan Non- Blok. Umumnya, setelah 1993 dulu,kami yang mantan anggota tim ekonomi dulu banyak membantu soal luar negeri.
Namun, Soeharto berubah setelah Indonesia mencapai swasembada pangan dan memasuki masa industri. Para pembantunya di akhir pemerintahan yang hanya ''Asal Bapak Senang (ABS)'' juga telah memberikan sumbangan besar bagi kesalahan kebijakan Pak Harto. Berikut selengkapnya petikan wawancara dengan mantan Menteri Lingkungan Hidup era Orde Baru Emil Salim, Rabu (30/1/2008).
Bagaimana pandangan Anda soal Pak Harto?
Pertama, Beliau merupakan orang yang berpegang teguh pada budaya Jawa. Itu bisa dilihat dari pandangan hidup, falsafah, dan perilaku hidupnya sehari-hari. Kedua, Beliau merupakan orang yang dibesarkan di lingkungan masyarakat pedesaan sehingga emosi dan kecintaan kepada masyarakat desa itu besar.
Itu bisa dijelaskan dengan mengapa pembangunan desa dan swasembada pangan menjadi prioritas. Ketiga, Beliau terdidik sebagai ABRI, sebagai militer yang mempunyai disiplin tinggi dan cara kepemimpinan yang fokus. Ada target, ada kerja sama, dan jadwal. Bekerja dan berpikir dengan disiplin. Itu yang tampak menonjol sehingga begitu Beliau memegang pemerintahan, prioritas pertama diletakkan pada pengembangan masyarakat desa.
Berapa lama Anda bekerja bersama Pak Harto?
Dari 1965 hingga 1993, saya berada di dalam pemerintahan. Kemudian, pada 1993-1995, saya membantu Beliau yang waktu itu menjadi Ketua Gerakan Non- Blok. Umumnya, setelah 1993 dulu,kami yang mantan anggota tim ekonomi dulu banyak membantu soal luar negeri.
Dalam jangka waktu yang lama,Anda melihat ada perubahan gaya kepemimpinan Pak Harto?
Jelas ada perubahan gaya kepemimpinan.Hal pertama yang saya lihat,kalau seorang pemimpin memimpin terlalu lama, seperti Beliau yang 32 tahun, yang dipimpinnya apakah itu dalam kabinet atau para gubernur, ada jurang usia generasi.Pada Kabinet Pembangunan I dan II, perbedaan usia hanya beberapa tahun.
Kalau sang pemimpin 32 tahun naik,kemudian para menterinya muda, jarak akan jauh sekali. Karena itu, hubungan presiden dengan menterinya tidak lagi sebagai sahabat setingkat, tetapi ada kecenderungan para menteri melihat Beliau sebagai seorang pemimpin yang perlu diladeni. Singkatnya, lahir semacam sikap ABS-lah. Akhir-akhir itu,saya melihat mengapa Beliau tidak mendapatkan the full truth (kebenaran yang penuh) mengenai keadaan yang terjadi.
Orang mengira Beliau mengerti semua persoalan dan mengikuti semua perkembangan. Padahal, tidak demikian. Bagaimanapun, presiden menghadapi banyak masalah dalam negeri dan luar negeri.Yang sangat penting, pembantu Beliau adalah orang yang jujur,tidak punya agenda tersembunyi saat berkomunikasi dengan Beliau dan jujur.
Menyampaikan secara jujur keadaannya, kemudian mengusulkan langkah-langkah yang baik. Itu yang saya lihat kurang dalam masa-masa akhir pemerintahan Pak Harto. Karena itulah,banyak dari pembantu Pak Harto yang meninggalkan Beliau.
Mengapa banyak pembantu Pak Harto yang memberikan informasi yang tidak sepenuhnya benar?
Saya melihat para pembantunya itu lebih berorientasi jangka pendek.Persoalan jangka panjang terdesak oleh persoalan dan kepentingan jangka pendek.Maka, yang sampai ke meja presiden sering terpengaruh oleh si pembantu yang melihat satu kepentingan jangka pendek,dua survival-nya sendiri dan kelompoknya.
Maka itu,kepentingan jangka panjang dan rakyat menjadi nomor dua. Berubahlah peta pengambilan putusan itu. Bagi saya,seorang pembantu presiden itu harus jujur, memberikan semua option, jangan main politik sendiri, dan jangan ''buang badan'' kalau ada sesuatu.
Anda selalu memberikan kebenaran yang penuh bagi Pak Harto dan itu tidak ada masalah?
Kewajiban kita memang untuk memberikan kebenaran yang penuh.Pak Harto selalu bilang kepada kami begini, ''Kalian itu pembantu saya.Yang kalian harus ingat, kalian bukan pengganti presiden, tetapi pembantu presiden. Jadi, kalian harus berusaha agar presiden itu mengambil putusan yang benar."
Jadi,menteri itu jangan menggiring presiden ke jurusan tertentu dan jangan memberikan informasi ABS. Itu akan sangat berbahaya. Karena sangat dekat dengan presiden, sangat penting bagi menteri untuk memberikan kebenaran dan berikan juga semua pilihan.
Ada contoh soal itu?
Pada suatu ketika, Pak Harto menyampaikan pidato di DPR agar tidak akan devaluasi rupiah.Waktu itu,masalah devaluasi menjadi masalah politik. Jadi, persoalan tersebut disampaikan dalam pidato politiknya. Namun, beberapa bulan kemudian, keadaan ekonomi dunia berubah.
Karena berubah, devisa turun dan neraca pembayaran pun berkurang. Akibatnya, rupiah lebih rendah terhadap dolar AS, orang akan berbondong-bondong beri dolar dengan rupiah.Kalang kabutlah kita.Untuk itu harus devaluasi, tapi semua teman-teman tidak berani karena ini janji presiden.Namun, kami tim yang memberikan perhatian soal ini berpendapat jika ini diteruskan, babak belurlah kita.
Maka itu,kami memutuskan untuk menghadap Beliau. Kami menjelaskan semuanya, termasuk pilihan. Kami bilang, ya salah satunya devaluasi. Kemudian, Beliau tanya, ''Mengapa begini?" Lalu, kami jawab, ''Untuk devaluasi, masalahnya adalah Bapak menjanjikan secara resmi kepada DPR untuk tidak mendevaluasi. Lalu, Beliau berkata, ''Lho, karena saya berjanji,negara jadi korban? Ya, tidak bisa begitu," tuturnya.
Beliau menyatakan, kalau dia keliru,harus diberi tahu.Poin saya,Pak Harto itu mengambil putusan berdasarkan informasi dari pembantunya. Kalau informasinya salah, putusannya juga salah.
Anda sering berbeda pendapat dengan Pak Harto?
Ya, lumayan sering, terutama saat saya menjadi Menteri Lingkungan. Sering dalam persoalan kehutanan, HPH. Namun, saya ini Menteri Lingkungan, kan ada Menteri Kehutanan. Seringnya, kalau antarmenteri itu berbeda pendapat, kami akan sama-sama menghadap presiden untuk memaparkan penjelasan masingmasing. Beliau nanti mendengarkan. Namun,umumnya, presiden lebih percaya kepada menteri yang bertanggung jawab penuh dengan persoalan yang bersangkutan.
Dari masa pemerintahan Pak Harto, masa mana yang paling baik?
Saya kira Pelita I-III. Pertama, kita (pemerintah Indonesia) fokus ke pedesaan.Sebab, secara emosional, hati kecil Beliau senang dengan hal itu. Saat itu, kita benarbenar kencang ingin mencapai swasembada pangan.Ketika mulai masuk masa industri, makin banyak masuk interest (kepentingan) karena industri kita banyak. Namun, saya tahu hati kecil Beliau ada di desa dan soal pertanian.
Bagaimana Anda melihat kondisi zaman Pak Harto dan sesudahnya?
Kalau saya lihat reaksi penduduk yang menyambut (jenazah) Beliau di pinggirpinggir jalan adalah masyarakat yang tadinya mendapatkan manfaatkan dari pembangunan yang dilakukan pemerintahan Pak Harto. Kalau kita mendengar komentar masyarakat yang di pinggir jalan itu, sering ada keluhan kok kemarin lebih baik daripada sekarang.
Kalau saya sih cenderung bagaimana kita bisa meneruskan pembangunan Pak Harto, seperti kebijakan swasembada pangan, pembangunan masyarakat pedesaan,pendidikan, KB, dan seluruh kebijakan yang bagus. Hal itu ingin saya lihat. Kalau bisa, itu disambung terus. Jangan diputuskan di tengah jalan, patah. Karena itulah manfaatkan yang ada dulu.
Jadi, menurut Anda, era pemerintahan itu tidak dibandingkan, tetapi sebuah kesinambungan?
Sebaiknya seperti itu, terutama dalam sisi pembangunan. Pembangunan itu sebaiknya berkesinambungan, terus mengalir seperti air yang mengalir. Jangan air yang mengalir itu dibendung, kemudian cari yang lain-lain.Yang harus diingat juga, tentu keadaan sekarang lebih sulit daripada zaman Pak Harto dulu.Penduduk miskin meningkat tajam. Itu kan membawa persoalan baru juga. Maksud saya, penting juga untuk memperhatikan perbedaan tantangan di masing-masing zaman.
Kalau soal dugaan pelanggaran HAM,bagaimana?
Saya tidak bisa memberikan banyak soal ini.Namun, kalau soal penembakan misterius (petrus) itu seolaholah perintah Beliau, padahal setahu saya tidak. Itu kan ada bawahan yang berbuat. Namun, karena jiwa kepemimpinannya, Beliau selalu bilang, ''Saya yang bertanggung jawab''.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar