- MOTIVASI
1.
Pentingnya Motivasi bagi Kita
Sebelum kita membahas motivasi lebih dalam ada baiknya kita pahami terlebih dahulu arti kata motivasi. Motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan. Motivasi membuat keadaan dalam diri individu muncul, terarah, dan mempertahankan perilaku, menurut Kartini Kartono motivasi menjadi dorongan (driving force) terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu.
Motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Untuk itu, diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat motivasi, serta kemampuan teknik menciptakan situasi sehingga menimbulkan motivasi/dorongan bagi mereka untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh individu lain/ organisasi.
Sebagai mahasiswa, kita tentu ingin mendapatkan nilai atau hasil yang baik, dan hal tersebut dapat terwujud apabila kita selalu berusaha dan melakukan apa yang bisa membuat kita mendapatkan hasil yang terbaik. Keingingan yang terdapat pada diri seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan ( GR terry ). Dalam hal itu, kesadaran tentang pentingya motivasi bagi perubahan tingkah laku harus kita miliki.
Sebelum kita membahas motivasi lebih dalam ada baiknya kita pahami terlebih dahulu arti kata motivasi. Motivasi adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan. Motivasi membuat keadaan dalam diri individu muncul, terarah, dan mempertahankan perilaku, menurut Kartini Kartono motivasi menjadi dorongan (driving force) terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu.
Motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Untuk itu, diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat motivasi, serta kemampuan teknik menciptakan situasi sehingga menimbulkan motivasi/dorongan bagi mereka untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh individu lain/ organisasi.
Sebagai mahasiswa, kita tentu ingin mendapatkan nilai atau hasil yang baik, dan hal tersebut dapat terwujud apabila kita selalu berusaha dan melakukan apa yang bisa membuat kita mendapatkan hasil yang terbaik. Keingingan yang terdapat pada diri seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan ( GR terry ). Dalam hal itu, kesadaran tentang pentingya motivasi bagi perubahan tingkah laku harus kita miliki.
2. Pandangan dan Pentingnya Motivasi dalam Organisasi
Motivasi seperti yang telah
disebutkan diatas, akan mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan
bawahannya, yang selanjutnya akan menentukan efektifitas manajer. Ada dua
factor yang mempengaruhi tingkat prestasi seseorang, yaitu kemampuaan individu
dan pemahaman tentang perilaku untuk mencapai prestasi yang maksimal disebut
prestasi peranan. Dimana antara motivasi, kemampuan dan presepsi peranan
merupakan satu kesatuan yang saling berinteraksi.
http://putriluviani.blog.com3. Teori-teori motivasi
1. Teori Abraham H. Maslow (Teori
Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan
oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia
mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan
fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan
sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata,
akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih
sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada
umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri
(self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi
kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut
pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan
cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan
yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari
cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat,
jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya
karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia
itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental,
intelektual dan bahkan juga spiritual.
Menarik pula untuk dicatat bahwa
dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan
makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan
organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan
mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan
pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah
“hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak
tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak
tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan
pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha
memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan
tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak
akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula
seterusnya.
Berangkat dari kenyataan bahwa
pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan
“koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan
karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia
berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik,
seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai,
memerlukan teman serta ingin berkembang.
Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai
rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan
bahwa :
·
Kebutuhan
yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang
akan datang;
·
Pemuasaan
berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari
pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
·
Berbagai
kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu
kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan
kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang
teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan
fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi
pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com
- Teori-teori Motivasi
Teori-teori proses berkenaan dengan
bagaimana perilaku timbul dan dijalankan. Teori-teori proses yang akan dibahas
:
1) teori pengharapan,
2) pembentukan perilaku,
3) teori Porter –Lawler, dan
4) teori keadilan.
Teori
Pengharapan
Konsep ini berhubungan dengan motivasi, dimana individu diperkirakan akan
menjadi pelaksana dengan prestasi tinggi bila mereka melihat :
1) suatu kemungkinan (probabilitas) tinggi
bahwa usaha-usaha mereka akan mengarah ke prestasi tinggi,
2) suatu probabilitas tinggi bahwa prestasi
tinggi akan mengarah ke hasil-hasil yang menguntungkan, dan
3) bahwa hasil-hasil tersebut akan menjadi,
pada keadaan keseimbangan, penarik efektif bagi mereka.
Teoeri pengharapan menyatakan bahwa perilaku kerja karyawan dapat dijelaskan
dengan kenyataan : para karyawan menentukan terlebih dahulu apa perilaku mereka
yang dapat dijalankan dan nilai yang diperkirakan sebagai hasil-hasil
alternative dari perilakunya.
Menurut Victor Vroom, dikenal dengan teori nilai – pengharapan Vroom, orang
dimotivasi untuk bekerja bila mereka :
(1) mengharapkan usaha-usaha yang ditingkatkan
akan mengarahkan ke balas jasa tertentu, dan
(2) menilai balas jasa sebagai hasil dari
usaha-usaha mereka.
Pembentukan
Perilaku
B.F. Skinner mengemukakan pendekatan lain terhadap motivasi yang mempengaruhi
dan merubah perilaku kerja yaitu teori pembentukan perilaku (operant
conditioning) atau sering disebut dengan istilah-istilah lain seperti behavior
modification, positive deforecement, dan Skinnerian conditioning.
Pendekatan ini didasarkan terutama atas hokum pengaruh (law of effect), yang
menyatakan bahwa perilaku yang diikuti dengan konsekuensi-konsekuensi pemuasan
cenderung diulang, sedangkan perilaku yang diikuti konsekuensi-konsekuensi
hukuman cenderung tidak diulang.
Jadi, perilaku (tanggapan) individu terhadap suatu situasi atau kejadian
(stimulus) adalah penyebab konsekuensi tertentu.
Ada empat teknik yang dapat digunakan manajer utnuk mengubah perilaku bawahan :
1. Penguatan positif, bisa penguat
primer seperti minuman atau makanan yang memuaskan kebutuha-kebutuhan biologis,
ataupun penguat sekunder seperti penghargaan berwujud hadiah, promosi dan uang.
2. Penguatan negatif, dimana individu
akan mempelajari perilaku yang membawa konsekuensi tidak menyenangkan dan
kemudian menghindari perilaku tersebut di masa mendatang (avoidance learning).
3. Pemadaman, dilakukan dengan
peniadaaan penguatan.
4. Hukuman, melalui mana manajer
mencoba untuk mengubah perilaku bawahan yang tidak tepat dengan pemberian
konsekuensi-konsekuensi negatif.
W.
Clay hammer telah mengidentifikasikan 6 (enam) pedoman penggunaan teknik-teknik
pembentukan perilaku, atau disebut teori belajar (learning theory), yaitu :
1. Jangan memberikan penghargaan yang
sama kepada semua orang.
2. Perhatikan bahwa kegagalan utnuk
member tanggapan dapat juga mengubah perilaku.
3. Beritahu karyawan tentang apa yang
harus dilakukan untuk mendapatkan penghargaan.
4. Beritahu karyawan tentang apa yang
dilakukan secara salah.
5. Jangan member hukuman di depan
karyawan lain.
6. Bertindak adil.
Teori
Porter – Lawler
Model Porter – Lawler adalah teori pengharapan dari motivasi dengan versi
orientasi mendatang, dan juga menekankan antisipasi tanggapan-tanggapan atau
hasil-hasil. Para manajer tergantung terutama pada pengharapan di masa yang
akan dating, dan bukan pengalaman masa lalu.
Model pengharapan ini menyajikan sejumlah implikasi bagi manajer tentang
seharusnya memotivasi bawahan dan juga implikasi bagi organisasi. Seperti yang
diutarakan oleh Nadler dan Lawler, implikasi-implikasi model tertentu bagi
manajer mencakup :
1. Pemberian penghargaan yang sesuai
dengan kebutuhan bawahan.
2. Penentuan prestasi yang diinginkan.
3. Pembuatan tingkat prestasi yang
dapat dicapai.
4. Penghubungan penghargaan dengan
prestasi.
5. Penganalisaan faktor-faktor apa yang
bersifat berlawanan dengan efektifitas penghargaan.
6. Penentuan penghargaan yang mencukupi
atau memadai.
Sedangkan implikasi-implikasi bagi
organisasi adalah meliputi :
1. Sistem penghargaan organisasi harus
dirancang untuk memotivasi perilaku yang beringinkan.
2. Pekerjaan itu sendiri dapat dibuat
sebagai pemberian penghargaan secara intrinsic.
3. Atasan langsung mempunyai peranan
penting dalam proses memotivasi.
Teori
Keadilan
Teori
lain tentang motivasi sebagai hasil dari berbagai penelitian adalah teori
keadilan dan ketidak-adilan. Teori ini mengemukakan bahwa orang akan selalu
cenderung membandingkan antara :
1)
masukan-masukan yang mereka berikan pada pekerjaannya dalam bentuk pendidikan,
pengalaman, latihan dan usaha, dengan.
2) hasil-hasil (penghargaan-penghargaan) yang
mereka terima, seperti juga mereka membandingkan balas jasa yang diterima karyawan
lain dengan yang diterima dirinya untuk pekerjaan yang sama.
Faktor
kunci bagi manajer dalah mengetahui apakah ketidak adilan dirasakan, dan bukan
apakah ketidak-adilan secara nyata ada.
http://niesapurple29.blogspot.com
- Komunikasi
1.
Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses
penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada
pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang
dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang
dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan
menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi
nonverbal.
http://idadwiw.wordpress.com
2.
Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah
bagaimana komunikator menyampaikan pesan
kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses
komunikasi ini
bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang
efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada
umumnya). Proses komunikasi, banyak
melalui perkembangan.
Proses komunikasi dapat
terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada penyampaian pesan
untuk mewujudkan motif komunikasi.
Tahapan proses
komunikasi adalah
sebagai berikut :
2. Penyandian.
3. Pengiriman.
4. Perjalanan.
5. Penerimaan.
6. Penyandian balik.
3.
Saluran Komunikasi dalam Organisasi
Saluran Komunikasi dalam Organisasi
Komunikasi adalah sebuah tindakan untuk berbagi informasi,
gagasan atau pun pendapat dari setiap partisipan komunikasi yang terlibat
didalamnya guna mencapai kesamaan makna. Tindak komunikasi tersebut dapat
dilakukan dalam berbagai konteks. Konteks komunikasi yang telah
dibahas pada modul-modul sebelumnya adalah komunikasi antarpribadi
(interpersonal Communication) dan komunikasi kelompok.Konteks komunikasi
selanjutnya yang akan kita bahas adalah komunikasi organisasi.
Tindak komunikasi dalam suatu organisasi berkaitan dengan
pemahaman mengenai peristiwa komunikasi yang terjadi didalamnya, seperti apakah
instruksi pimpinan sudah dilaksanakan dengan benar oleh karyawan atau pun
bagaimana karyawan/bawahan mencoba menyampaikan keluhan kepada atasan, memungkinkan
tujuan organisasi yang telah ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan hasil yang
diharapkan. Ini hanya satu contoh sederhana untuk memperlihatkan bahwa
komunikasi merupakan aspek penting dalam suatu organisasi, baik organisasi yang
mencari keuntungan ekonomi maupun organisasi yang bersifat sosial
kemasyarakatan.
Pengertian komunikasi Organisasi
Sebelum membahas pengertian komunikasi organisasi sebaiknya
kita uraikan terminologi yang melekat pada konteks komunikasi organisasi, yaitu
komunikasi dan organisasi. Komunikasi berasal dari bahasa latin
“communis” atau ‘common” dalam Bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi
berarti kita berusaha untuk mencapai kesamaan makna, “commonness”. Atau
dengan ungkapan yang lain, melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi,
gagasan atau sikap kita dengan partisipan lainnya. Kendala utama dalam
berkomunikasi adalah kita seringkali mempunyai makna yang berbeda terhadap
lambang yang sama.
Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss dalam Human Communication
menguraikan ada tiga model dalam komunikasi:
1. model komunikasi
linier (one-way communication), dalam model ini komunikator memberikan suatu
stimuli dan komunikan melakukan respon yang diharapkan tanpa mengadakan seleksi
dan interpretasi. Komunikasinya bersifat monolog.
2. model komunikasi
interaksional. Sebagai kelanjutan dari model yang pertama, pada tahap ini sudah
terjadi feedback atau umpan balik. Komunikasi yang berlangsung bersifat dua
arah dan ada dialog, di mana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti
pada satu saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang lain bertindak
sebagai komunikan.
3. model komunikasi
transaksional. Dalam model ini komunikasi hanya dapat dipahami dalam konteks
hubungan (relationship) antara dua orang atau lebih. Pandangan ini menekankan
bahwa semua perilaku adalah komunikatif. Tidak ada satupun yang tidak dapat
dikomunikasikan.
Mengenai organisasi, salah satu defenisi menyebutkan bahwa organisasi
merupakan suatu kumpulan atau sistem individual yang melalui suatu
hirarki/jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Dari
batasan tersebut dapat digambarkan bahwa dalam suatu organisasi mensyaratkan:
1. adanya suatu jenjang jabatan ataupun kedudukan
yang memungkinkan semua individu dalam organisasi tersebut memiliki perbedaan
posisi yang jelas, seperti pimpinan, staf pimpinan dan karyawan.
2. adanya pembagian kerja, dalam arti setiap
orang dalam sebuah institusi baik yang komersial mau pun sosial, memiliki satu
bidang pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya.
Dengan landasan konsep-konsep
komunikasi dan organisasi sebagaimana yang telah diuraikan, maka kita dapat
memberi batasan tentang komunikasi organisasi secara sederhana, yaitu
komunikasi antarmanusia (human communication) yang terjadi dalam kontek
organisasi. Atau dengan meminjam definisi dari Goldhaber, komunikasi
organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat
hubungannya saling bergabung satu sama lain (the flow of messages within a
network of interdependent relationships).
Sebagaimana telah disebut terdahulu, bahwa arus komunikasi
dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal.
Masing-masing arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan fungsi yang sangat
tegas. Ronald Adler dan George Rodman dalam buku Understanding Human
Communication, mencoba menguraikan masing-masing, fungsi dari kedua arus
komunikasi dalam organisasi tersebut sebagai berikut:
1. Downward
communication, yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada
pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus
komunikasi dari atas ke bawah ini adalah:
a) Pemberian atau
penyimpanan instruksi kerja (job instruction)
b) Penjelasan dari
pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale)
c) Penyampaian informasi
mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices)
d) Pemberian motivasi
kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
2. Upward communication,
yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan
kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:
a) Penyampaian informai
tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan
b) Penyampaian informasi
tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat
diselesaikan oleh bawahan
c) Penyampaian
saran-saran perbaikan dari bawahan
d) Penyampaian keluhan
dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.
3. Horizontal
communication, yaitu tindak komunikasi ini berlangsung di antara para karyawan
ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus
komunikasi horisontal ini adalah:
a) Memperbaiki
koordinasi tugas
b) Upaya pemecahan
masalah
c) Saling berbagi
informasi
d) Upaya pemecahan
konflik
e) Membina hubungan
melalui kegiatan bersama.
http://dimasmandala.wordpress.com
4.
Peranan Komunikasi Informal
Penelitian ini berjudul Peranan Komunikasi Informal dalam Meningkatkan Gairah Kerja
Karyawan di Universitas Sahid Jakarta. Adapun tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui peranan komunikasi informal, untuk mengetahui manfaat
komunikasi informal, dan untuk mengetahui peranan media komunikasi informal
dalam meningkatkan gairah kerja karyawan Universitas Sahid. Metode yang
digunakan adalah studi deskriptif, yaitu memecahkan masalah yang diteliti
dengan mengumpulkan informasi aktual secara rinci dengan menggambarkan atau
melukiskan objek penelitian yang berdasarkan fakta-fakta yang objektif serta
data-data yang nampak. Populasi penelitian in adalah karyawan Universitas Sahid
Jakarta berjumlah 214 orang karyawan dengan sampel berjumlah 68 responden.
Untuk pengambilan sampel menggunakan Purposive sample, yaitu pemilihan sampel
didasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut-pautnya
atau presentatif dalam penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi informal yang terjadi di Universitas Sahid Jakarta dalam meningkatkan gairah kerja karyawan adalah cukup berperan dalam strata sedang. Hampir setengahnya responden merasakan manfaat dari pembicaraan komunikasi informal tersebut. Media yang digunakan dalam melakukan komunikasi informal antar sesama rekan kerja dan pimpinan adalah telepon internal (air-phone). Komunikasi secara langsung tanpa menggunakan media lebih baik dan efektif serta mudah dimengerti, karena dapat melihat secara langsung gerak-gerik dan mimik lawan bicara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi informal yang terjadi di Universitas Sahid Jakarta dalam meningkatkan gairah kerja karyawan adalah cukup berperan dalam strata sedang. Hampir setengahnya responden merasakan manfaat dari pembicaraan komunikasi informal tersebut. Media yang digunakan dalam melakukan komunikasi informal antar sesama rekan kerja dan pimpinan adalah telepon internal (air-phone). Komunikasi secara langsung tanpa menggunakan media lebih baik dan efektif serta mudah dimengerti, karena dapat melihat secara langsung gerak-gerik dan mimik lawan bicara.
5. Hambatan-hambatan
komunikasi efektif
Di
dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu kelancaran
jalannya proses komunikasi .
Sehingga informasi dan gagasan yang disampaikan tidak dapat diterima dan
dimengerti dengan jelas oleh penerima pesan atau receiver.
Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-hambatan yang menyebabkankomunikasi tidak efektif yaitu adalah (1992,p.10-11) :
1. Status effect
Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya.
2. Semantic Problems
Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasi seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan sematis ini, sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh : pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan lain-lain.
3. Perceptual distorsion
Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya.
4. Cultural Differences
Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan , agama dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh : kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan berupa sup.
5. Physical Distractions
Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.
6. Poor choice of communication channels
Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya sambungan telephone yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul, gambar yang kabur pada pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada surat sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.
7. No Feed back
Hambatan tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang terjadi adalah komunikasi satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : Seorang manajer menerangkan suatu gagasan yang ditujukan kepada para karyawan, dalam penerapan gagasan tersebut para karyawan tidak memberikan tanggapan atau respon dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan seorang manajer.
Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-hambatan yang menyebabkankomunikasi tidak efektif yaitu adalah (1992,p.10-11) :
1. Status effect
Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya.
2. Semantic Problems
Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasi seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan sematis ini, sebab kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Misalnya kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh : pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan lain-lain.
3. Perceptual distorsion
Perceptual distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya.
4. Cultural Differences
Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan , agama dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh : kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan berupa sup.
5. Physical Distractions
Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.
6. Poor choice of communication channels
Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya sambungan telephone yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul, gambar yang kabur pada pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada surat sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.
7. No Feed back
Hambatan tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang terjadi adalah komunikasi satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : Seorang manajer menerangkan suatu gagasan yang ditujukan kepada para karyawan, dalam penerapan gagasan tersebut para karyawan tidak memberikan tanggapan atau respon dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan seorang manajer.
Suatu ketika keluarga kecil yang memiliki anak
berumur lebih kurang tiga tahun pulang kampung mengunjungi orang tuanya. Betapa
senang hati si nenek karena mendapat kunjungan
dari anak dan cucunya. Mereka bermain dan bercengkrama bersama hingga sore
hari. Merekapun bermaksud untuk kembali pulang kerumah. Karena si nenek masih
rindu dan ingin bermain dengan cucunya, maka si nenek meminta agar si cucu tinggal dan tidur bersamanya. Akhirnya
karena si nenek mendesak dan si cucupun mau, maka jadilah si cucu
menginap di rumah nenek dan kedua orang tuanya pun pulang
Tengah malam, si cucu terbangun dari tidurnya ingin buang air
kecil. Lalu dia membangunkan neneknya. “Nek bangun nek, aku mau
nyanyi”. ( rupanya si cucu sudah terbiasa dengan orang tuanya klo
mau buang air bilang mau nyanyi). Si nenekpun bangun dan berkata: “Cu, ini kan udah malam, besok aja nyanyinya ya”.
Lalu merekapun tidur lagi.
Tidak berapa lama, si cucupun terbangun karena sudah
gak tahan mau buang air kecil. “nek bangun nek, aku mau
nyanyi”, si cucu terus merengek kepada neneknya. Karena gak tahan
dengan rengekan cucunya maka si nenek berkata: “baiklah,
kamu nyanyinya di teliga nenek saja ya”. Kontan si cucupun
mengencingi telinga neneknya. Dan nenekpun terpaksa menahan marahnya. Rupanya
orang tua si cucu lupa memberitahukan kepada si nenek kalau si cucu mau buang
air dia akan bilang mau nyanyi.
Demikianlah sebuah anekdot yang berhubungan dengan
hambatan dalam beromunikasi. Banyak halyang bisa
menghambat untuk terjadinya komunikasi yang efektif. Menurut Leonard R.S. dan
George Strauss dalam Stoner james, A.F dan Charles Wankel sebagaimana yang
dikutip oleh Herujito (2001), ada beberapa hambatan terhadap komunikasi yang
efektif, yaitu :
1. Mendengar. Biasanya kita
mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi yang ada di
sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi. Informasi
yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
2. Mengabaikan informasi yang
bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
3. Menilai sumber. Kita cenderung
menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada anak
kecil yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung
mengabaikannya.
4. Persepsi yang berbeda. Komunikasi
tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan
si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan pertengkaran, diantara
pengirim dan penerima pesan.
5. Kata yang berarti lain bagi orang
yang berbeda. Kita
sering mendengar kata yang artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita.
Seseorang menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi
orang yang menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit,
setengah jam atau satu jam kemudian.
6. Sinyal nonverbal yang tidak
konsisten. Gerak-gerik
kita ketika berkomunikasi – tidak melihat kepada lawan bicara, tetap dengan aktivitas
kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita-, mampengaruhi porses
komunikasi yang berlangsung.
7. Pengaruh emosi. Pada keadaan
marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi. apapun berita atau
informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya.
8. Gangguan. Gangguan ini
bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak yang jauh,
dan lain sebagainya.
Itulah beberapa hal yang dapat menghambat terjadinya
komunikasi yang efektif. dari anekdot tadi dapat kita lihat bahwa kata “nyanyi”
di artikan berbeda antara si nenek dengan si cucu. Nenek mengartikan kata
nyanyi dengan arti sebenarnya, sedangkan si cucu, -karena telah biasa
menggunakan kata nyanyi untuk buang air kecil-, mengartikan “nyanyi” sebagai
buang air kecil.
Semoga kita bisa meminimalisir hambatan-hambatan
tersebut, sehingga komunikasi yang efektif bisa terjadi.
- Peningkatan Efektivitas Komunikasi
Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya
memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling
berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi
manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesamanya. Dalam
kehidupannya manusia sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah
baik formal maupun informal. Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang
kompleksitasnya jelas terlihat melalui jenis, peringkat, bentuk dan jumlah
interaksi yang berlaku.
Proses dalam organisasi adalah salah satu faktor penentu
dalam mencapai organisasi yang efektif. Salah satu proses yang akan selalu
terjadi dalam organisasi adalah proses komunikasi. Melalui organisasi terjadi
pertukaran informasi, gagasan, dan pengalaman. Mengingat perannya yang penting
dalam menunjang kelancaran berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu
dicurahkan untuk mengelola komunikasi dalam organisasi. Proses komunikasi yang
begitu dinamik dapat menimbulkan berbagai masalah yang mempengaruhi pencapaian
sebuah organisasi terutama dengan timbulnya salah faham dan konflik.
Komunikasi memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan
kepada para pegawai tentang apa yang harus dilakukan, seberapa baik mereka
mengerjakannya dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja jika
sedang berada di bawah standar.
Aktivitas komunikasi di perkantoran senantiasa disertai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Budaya komunikasi dalam konteks komunikasi
organisasi harus dilihat dari berbagai sisi. Sisi pertama adalah komunikasi
antara atasan kepada bawahan. Sisi kedua antara pegawai yang satu dengan
pegawai yang lain. Sisi ketiga adalah antara pegawai kepada atasan.
Masing-masing komunikasi tersebut mempunyai polanya masing-masing.
Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications
atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan
adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita
pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi.
Komunikasi merupakan sarana untuk mengadakan koordinasi
antara berbagai subsistem dalam perkantoran. MenurutKohler ada dua model
komunikasi dalam rangka meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan perkantoran
ini. Pertama, komunikasi koordinatif, yaitu proses komunikasi yang berfungsi
untuk menyatukan bagian-bagian (subsistem) perkantoran. Kedua, komunikasi
interaktif, ialah proses pertukaran informasi yang berjalan secara
berkesinambungan, pertukaran pendapat dan sikap yang dipakai sebagai dasar
penyesuaian di antara sub-sub sistem dalam perkantoran, maupun antara
perkantoran dengan mitra kerja. Frekuensi dan intensitas komunikasi yang
dilakukan juga turut mempengaruhi hasil dari suatu proses komunikasi tersebut.
http://zayyana-yananana.blogspot.com
Terimakasih atas kritikanya, tentang link gunadarma mungkin anda blm scrool paling bawah ^^
BalasHapus